Pemanfaatan Sipetik dalam Identifikasi Tipologi Tumpang Tindih Informasi Geospasial Tematik Hak Atas Tanah dengan Kawasan Hutan (Uji Coba: Provinsi Bali)
DOI:
https://doi.org/10.53686/jp.v14i1.227Keywords:
sipetik, hak atas tanah, kawasan hutan, mitigasiAbstract
ABSTRAK
Mitigasi risiko terhadap adanya indikasi tumpang tindih merupakan langkah penting untuk mencegah sengketa, konflik, perkara dalam tingkat individual ataupun sektoral. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan indikasi tumpang tindih bidang tanah dengan kawasan hutan di Provinsi Bali memanfaatkan Sipetik. Metode analisis berbasis dokumen dengan menggunakan citra satelit resolusi tinggi, peta penetapan kawasan hutan, dan peta bidang tanah. Selanjutnya, hasil analisis tersebut diverifikasi melalui penelitian lapangan. Sipetik adalah suatu platform inovatif yang menyediakan beragam fitur untuk mengelola informasi geospasial. Arsitektur Sipetik melibatkan perangkat keras GPS geodetik untuk meningkatkan akurasi data yang dihasilkan. Hasil temuan ini memberikan gambaran tentang 8 tipologi tumpang tindih yang khas antara hak atas tanah dan kawasan hutan di Provinsi Bali, yaitu T1A (tidak bertumpang tindih, posisi bidang tanah sesuai dan pal batas kehutanan sesuai), T2A (tidak bertumpang tindih, posisi bidang tanah sesuai dan perlu update pal batas kehutanan), T3A (tidak bertumpang tindih, posisi bidang tanah tidak sesuai dan pal batas kehutanan sesuai), T4A (tidak bertumpang tindih, posisi bidang tanah tidak sesuai dan perlu update pal batas kehutanan), T1B (bertumpang tindih, posisi bidang tanah sesuai dan pal batas kehutanan sesuai), T2B (bertumpang tindih, posisi bidang tanah sesuai dan perlu update pal batas kehutanan), T3B (bertumpang tindih, posisi bidang tanah tidak sesuai dan pal batas kehutanan sesuai), dan T4B (bertumpang tindih, posisi bidang tanah tidak sesuai dan perlu update pal batas kehutanan). Penemuan ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan strategi mitigasi risiko yang lebih efektif dalam pengelolaan hak atas tanah dan kawasan hutan di Provinsi Bali.
ABSTRACT
Mitigating risks associated with overlapping indicative maps is a crucial measure to preempt conflicts, both at the individual and sectoral levels. This study seeks to identify instances of land parcels overlapping with forested areas within Bali Province. The research employs a document-based analytical approach, utilizing high-resolution satellite imagery, forest area delineation maps, and land rights status maps. Subsequently, the outcomes of this analysis are corroborated through field (survey). Sipetik is an innovative platform that provides various features for managing geospatial information. The Sipetik architecture involves geodetic GPS hardware to improve the accuracy of the data generated. These findings yield insights into eight distinct typologies of overlap between land rights and forested areas in bali province, denoted as T1A (non-overlapping, with the land parcel position matching forestry boundaries), T2A (Non-overlapping, with the land parcel position matching but requiring forestry boundary updates), T3A (Non-overlapping, with land parcel position mismatching but forestry boundaries matching), T4A (Non-overlapping, with land parcel position mismatching and necessitating forestry boundary updates), T1B (overlapping, with the land parcel position matching forestry boundaries), T2B (overlapping, with the land parcel position matching but necessitating forestry boundary updates), T3B (overlapping, with the land parcel position mismatching but forestry boundaries matching), and T4B (overlapping, with the land parcel position mismatching and requiring forestry boundary updates). These f indings lay the groundwork for the development of more effective risk mitigation strategies in the management of land rights and forested areas in the Bali Province.
References
Ambarasti, K. (2016). Pada Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Banjar Kinta Ambarasti. Hutan Tropis, 4(2), 167–179.
Anugrah, M. B., Pattitingi, F., & Susyanti Nur, S. (2021). The Implikasi Penetapan Hutan Laposo Niniconang Watangsoppeng Terhadap Perlindungan Hak Rakyat Atas Tanah. Pleno Jure, 10(2), 98–114. https:// doi.org/10.37541/plenojure.v10i2.607
Dassir, M. (2008). Resolusi Konflik Pemanfaatan Lahan Masyarakat dalam Kawasan Hutan di Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Hutan Dan Masyarakat, 3(1), 1–110.
Dewi, S. P., et al. (2020). Peta Tematik dan Konflik Pertanahan di Indonesia: Sebuah Analisis. Jurnal Geospasial Komputer, 8(1), 45-58.
Harahap, E. S. (2011). ATAS TANAH DI KAWASAN HUTAN ( Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 45 / PUU-IX / 2011 Dihubungkan Dengan Putusan Mahkamah Agung Nomor 47 P / HUM / 2011 ). 1–21.
Hidayani, S., Samosir, B. M., & Munthe, R. (2021). Analisis Hukum Kehutanan terhadap Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Mercatoria, 14(2), 53–69. https://doi.org/10.31289/ mercatoria.v14i2.5096
Iswahyudi. (2016). Konflik lahan di hutan gambut rawa tripa Provinsi Aceh. Agrosamudra, 3(2), 38–45.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. (2021). Panduan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta di Indonesia. Jakarta: Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Mansur, D. S. (2013). Analisis Yuridis Terhadap Penguasaan Tanah Dalam Kawasan Hutan (Studi Kasus : Konflik Tanah Di Blok Ambarasti, K. (2016). Pada Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Banjar Kinta Ambarasti. Hutan Tropis, 4(2), 167–179.
Nilasari, A. (2017). Tipologi Konflik Kawasan Hutan pada Proses Penataan Typology Conflict of Forest Area on Boundary Demarcation Process in Bangka Island Region.
Nurwadjedi N (2020) Optimalisasi Implementasi Kebijakan Satu Peta Untuk Penyelesaian Konflik Penggunaan Lahan di Indonesia. Jurnal Pembangunan dan Administrasi Publik 2:1–1
POTA, A. A. O. (2022). Hak Atas Tanah Yang Diklaim Sebagai Kawasan Hutan Di Lingkungan Batulapisi Dalam Kelurahan Malino Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, 4(2), 173–190.
Prasetiya WS, Fauzi AA, Taufiq OH, et al (2022) Tantangan Implementasi Satu Data Indonesia di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Studi Kasus Kabupaten Ciamis). In: Prosiding Seminar Nasional Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Galuh. pp 1–8
Putri, F. A., Ngadino, N., & Cahyaningtyas, I. (2021). Status Hukum Sertipikat Hak Atas Tanah Yang Diterbitkan Di Atas Kawasan Hutan (Studi Putusan 50/G/2014/Ptun.Smg). Notarius, 14(2), 804–817. https://doi. org/10.14710/nts.v14i2.43751
Sagala, E. (2013). Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013 1. 01(01).
Sanjaya W (2023) The Influence of One Map Policy of Land Towards Certificate of Land Title as an Evidence of Land Claim in Indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan Tata Ruang dan Agraria 2:216–231. https://doi. org/10.23920/litra.v2i2.1291
Silviana A (2019) Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) Mencegah Konflik di Bidang Administrasi Pertanahan. Administrative Law & Governance Journal 2:2621–2781
Smith, J. (2019). Konflik Pertanahan dan Dampaknya terhadap Pembangunan: Sebuah Tinjauan di Indonesia. Jurnal Pengembangan Wilayah, 15(2), 123-136.
Verbist, B., & Pasya, G. (2004). Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan , Konflik Dan Negosiasi. Agrivita, 26(1), 20–28
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Jurnal Pertanahan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Copyright @2021. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/) which permits unrestricted non-commercial use, distribution, and reproduction in any medium.